Iwan Setyawan, Anak Sopir Angkot di Antara Gemerlapnya Lampu New York

A. Latar Belakang Keluarga

  Nama lengkapnya adalah Iwan Setyawan. Dia lahir di Batu 2 Desember 1974 Ayahnya, Abdul Hasim adalah seorang sopir angkot yang hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP. Sedangkan ibunya, Ngatinah,  tidak tamat SD. Iwan memiliki 2 kakak perempuan dan 2 adik perempuan. Iwan berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Rumahnya hanya terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tamu kecil, dan dapur.
  Hidup dalam kondisi yang serba kekurangan, ternyata tidak mematahkan semangat Iwan, serta kakak dan adiknya untuk menggapai cita-cita yang tinggi. Ia berkeyakinan bahwa pendidikan dapat membentangkan jalan keluar dari penderitaan dan mengubah hidup seseorang. Hal tersebut tentunya didukung oleh kerja keras seorang Ibu. Menurut Iwan, Ibunya lah  yang berperan besar dalam membangun karakter dan mengisi pendidikan anak-anaknya.
B. Masa Kecil
  Cita-citanya masa kecil sederhana sekali, dia ingin menjadi Hansip. Dulu itu pekerjaan yang mengagumkan untuknya. "Di lingkungan saya kecil dulu, nggak ada orang yang bekerja pakai seragam. Ya cuma Hansip yang pakai baju serba hijau, belt, sepatu. Itu canggih," ujarnya.
  Sejak kecil dia sudah berpikir, anak lelaki harus bisa membahagiakan saudara-saudaranya. Semua keterbatasan justru mendorong Iwan untuk maju. Iwan sangat keras belajar. Di kelas 3 SD dia sengaja belajar jam 03.00 pagi untuk mendapatkan suasana tenang, dan akhirnya dia pun kerap mendapat ranking di kelas. Menurut Iwan semua itu berkat dorongan dari orang tuanya.
  Walaupun kelima saudara ini merupakan keluarga pas-pasan, namun itu tak menyurutkan cita-citanya. Tak ada jalan lain, lewat pendidikan lah hidup Iwan dan saudaranya bisa berubah. Tentu mereka jadi tambah semangat.
  Dengan segala jerih payah, akhirnya mereka berlima bisa tamat kuliah. Mereka saling bantu. Pada awalnya, kakak sulung mereka mengalah. Meski sebenarnya termasuk anak pintar, ia memilih bekerja setamat SMA. Ia mengajar les privat. Nah, penghasilannya dipakai untuk membantu biaya kakak nomor dua. Kebetulan, Iwan diterima di IPB jurusan Statistik, Fakultas MIPA. Pada awalnya, Bapaknya menginginkan Iwan kuliah di Malang saja. Namun Ibunya terus mendorong. Sampai-sampai, Bapak mesti jual angkot untuk keperluan biaya kuliah Iwan. Selanjutnya, Bapak kerja jadi sopir truk. Iwan menjawab pengorbanan orangtua. Iwan berhasil lulus sebagai lulusan terbaik Fakultas MIPA.
C. Pendidikan
  Iwan merupakan siswa SMA 1 Batu, yang lulus dengan prestasi yang baik. Kemudian Iwan mendapatkan undangan khusus untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Berita itu disambut gembira oleh keluarganya. Namun di sisi lain, ia bingung terhadap biaya kuliah yang harus mereka tanggung. Tak ingin anak lelakinya kehilangan kesempatan untuk meraih pendidikan tinggi, sang ayah menjual satu-satunya angkot yang selama puluhan tahun telah menghidupi keluarga ini. Setelah tak memiliki angkot lagi, ayah Iwan kemudian menjadi sopir truk.
  Iwan diterima di jurusan Statistika, salah satu jurusan favorit di IPB. Mahasiswa yang berhasil masuk jurusan ini semuanya memiliki IPK tinggi di Tingkat Persiapan Bersama. Karena itu tingkat persaingannya pun sangat ketat. Mulanya ia sempat grogi dan merasa tak yakin dapat memenuhi harapan orangtuanya. Ia mengungkapkan kekhawatirannya itu.
  Nasihat sang ibu memberi keyakinan bahwa menjalani proses adalah menjalankannya sekarang, saat ini, dengan kerja keras dan melepaskan ketakutan akan hasil yang didapat. Kegagalan ataupun keberhasilan sebuah proses adalah dimensi lain yang akan melahirkan pelajaran baru untuk proses selanjutnya. Alhasil, Iwan berhasil menjadi lulusan terbaik dari fakultas MIPA jurusan Statistika pada 1997.
  Berikutnya, perjalanan Iwan menuju tangga kesuksesan dimulai. Setelah lulus dari IPB, Iwan diterima bekerja di AC Nielsen Jakarta sebagai data analyst selama dua tahun, lalu di Danareksa Research Institute (DRI).
D. Kiprah
Iwan memang tak besar di lingkungan cukup bagus. Keinginan membahagiakan keluarga begitu kuat, sampai akhirnya ia berangkat mengisi posisi data processing di Nielsen Research New York yang merupakan perusahaan riset terkemuka asal Amerika.
  Ia tak bisa pulang sewaktu-waktu saat rindu menyerang. Ini sangat menyedihkan untuknya. Iwan tinggal bersama rekan yang sudah dianggap sebagai kakaknya, Mbak Ati. Ke mana pun ingin pergi pria bertubuh kecil ini selalu ditemani. Kemudian Mbak Ati, teman satu-satunya ini memutuskan pindah ke Australia. Meninggalkan dia seorang diri di negara asing.
  Iwan harus melakukan segala sesuatunya sendiri. Dan terpaksa harus mencari teman baru. Masa penyesuaian ini sangat sulit. Sesulit penyesuaian dirinya pada pekerjaan, mengingat bahasa Inggrisnya juga tidak canggih.
  Saat bekerja, ia lebih banyak diam. Bukan karena tak mau bergaul, tapi karena ia tidak tahu bagaimana harus bicara. Namun lelaki yang dipanggil Bayek semasa kecil ini tak mau jalan di tempat. Ia sudah terlanjur masuk ke dunia profesional, dunia yang sangat langka karena tidak semua orang beruntung seperti dirinya. Ia lalu memberanikan diri menunjukkan bahasa Inggrisnya di lingkungan kerja. Berkarya di luar negeri bukan hanya soal kepiawaian berbahasa, tapi juga kemampuan. Ia sempat minder saat kinerjanya dipertanyakan, mengingat ia hanya lulusan Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bukan dari sekolah popular di Amerika seperti kebanyakan rekannya.
  Iwan juga mulai menekuni yoga. Awalnya ia memang tak tertarik dengan yoga, menurutnya yoga hanyalah kegiatan untuk perempuan. Sampai akhirnya ia menemukan khasiat yoga. Obat ampuh untuk menyembuhkan kesedihan, kesendirian, dan mengusir kesepiannya.
  Lelaki yang hobi bertualang ini juga menceritakan kejadian paling tragis saat ia tinggal di Westchester. Meski daerah ini terbilang paling aman di New York, tapi justru di sinilah ia babak belur. Pipinya biru terkena pukulan. Badannya berkeringat dingin, gemetar. Iwan dirampok sesaat setelah ia ke luar dari ATM.
  "Saya nggak ngelawan, nangis-nangis iya," ujar pria yang mengaku tidak pernah berkelahi seumur hidupnya ini. Namun kejadian itu tidak lantas membuatnya menyerah dan pulang. Iwan tetap bertahan demi mencapai apa yang ia inginkan.
Ia masih terus membahagiakan keluarganya, lebih dan lebih. Setiap bulan atau bahkan sebulan dua kali ia mentransfer sebagian gaji dan bonusnya untuk keluarga lewat sang ibu.
  Pulang kerja, ia berjalan melewati pertokoan. Sekadar membuang penat atau malah berbelanja. Iwan jadi lebih mengenal fesyen. Ia sadar penampilan menjadi kebutuhan, bukan hanya bagian gaya hidup.
  Iwan menemukan energinya. Energi yang mampu membuatnya menaiki karier lebih tinggi bahkan menjadi sangat hebat. Ia mendapat promosi menjadi Senior Data Processing Executive. Lalu Manager Data Processing Executive, Senior Manager Operations, dan akhirnya sebagai Director Internal Client Management. Anak buahnya tak hanya di kantor tapi tersebar di New York, Chicago, San Fransisco, dan India. Ini bukan posisi main-main.
  Setelah 8 tahun berkarier di New York, Iwan berhasil menduduki posisi tinggi, sebagai Director Internal Client Management di Nielsen Consumer Research, New York. Karena kerinduannya yang dalam pada tanah kelahirannya, Batu, di tahun ke-10 Iwan memutuskan untuk berhenti dari perusahaan ini dan memilih kembali ke Indonesia.
  Selanjutnya, Iwan mendapatkan pekerjaan sebagai director marketing untuk enam negara di Singapura. Dari sisi penghasilan, jauh lebih bagus ketimbang waktu bekerja di New York. Namun hanya beberapa hari, ia mulai tidak betah dan memilih pulang ke Indonesia.
  Yang menjadi latar belakang Iwan untuk menulis sebuah novel adalah pada suatu saat, Iwan pulang ke Batu. Saat duduk nonton TV, enam keponakan Iwan berloncatan dan berteriak kegirangan. Mereka melihat Iwan sebagai paman yang sukses, bisa ke New York. Dari situ membuat Iwan berpikir, kebanyakan anak-anak sekarang instan. Melihat orang sukses tanpa tahu prosesnya. Keponakannya juga begitu, mereka tak tahu proses perjuangan Iwan sampai bisa ke New York dengan jabatan yang juga bagus.
  Itulah yang kemudian mendorong Iwan ingin menulis novel berjudul 9 Summers 10 Autumns (9S10A), yang menceritakan perjuangan Iwan. Dia ingin membuat semacam biografi keluarga untuk para keponakannya. Semasa kecil ia tak punya foto keluarga, dia pun ingin memiliki buku sejarah keluarga.
E. Prestasi
Lulus dari SMAN 1 Batu dengan prestasi yang baik, Iwan mendapat undangan khusus untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Iwan diterima di jurusan Statistika, salah satu jurusan favorit di IPB.
Iwan berhasil menjadi lulusan terbaik dari fakultas MIPA jurusan Statistika pada 1997.
Ia berhasil mendapatkan pekerjaan di Amerika sebagai Senior Manager Operations.
Kerja kerasnya mendapat apresiasi. Iwan yang mengaku penakut ini meraih penghargaan Employee of the Month di bulan keempat dan kedelapan dirinya bekerja.
Ia mendapat promosi menjadi Senior Data Processing Executive. Lalu Manager Data Processing Executive, Senior Manager Operations, dan akhirnya sebagai Director Internal Client Management. Anak buahnya tak hanya di kantor tapi tersebar di New York, Chicago, San Fransisco, dan India.
Setelah 8 tahun berkarier di New York, Iwan berhasil menduduki posisi tinggi, sebagai Director Internal Client Management di Nielsen Consumer Research, New York.
Menulis Novel pertamanya yang berjudul 9 Summers 10 Autumns (9S10A), yang menceritakan perjuangan Iwan. Novel tersebut sukses dan laku di pasaran.
F. Hal yang Dapat Dipetik
Setelah membaca biografi diatas, terdapat beberapa hal yang dapat diteladani yaitu:
dia merupakan orang yang sederhana, yaitu dengan menjalani kehidupan yang sederhana tanpa pamrih, dan tidak bermewah-mewahan,
memiliki sifat rajin berusaha dan berjuang dengan keras serta pantang menyerah untuk mewujudkan mimpi dan cita-citanya. Iwan selalu berusaha disetiap rintangan yang menghalanginya untuk mencapai mimpi dan cita-citanya,
memiliki sifat kasih sayang dan tahu belas kasih. Iwan menyayangi keluarga dengan sepenuh hati, dan selalu membantu kakak adiknya.

Daftar Pustaka
http://tabloidnova.com/Profil/Iwan-Setyawan-Anak-Sopir-Angkot-Yang-Bisa-Ke-New-York-1
https://indonesiaproud.wordpress.com/2011/05/20/iwan-setyawan-penulis-9-summers-10-autumns-yang-mantan-director-internal-client-management-di-nielsen-consumer-research-new-york/feed/
http://news.indonesiakreatif.net/iwan-setyawan-best-seller-moment-adalah-ketika-ibu-baca-novel-saya/&source=s&q=biografi+iwan+setyawan
http://life.viva.co.id/news/read/404467-iwan-setyawan--anak-sopir-angkot-penakluk-new-york&source=s&q=biografi+iwan+setyawan
http://www.goodreads.com/author/show/4666046.Iwan_Setyawan
http://www.gramediapustakautama.com/penulis-detail/37607/Iwan-Setyawan

0 komentar:

Posting Komentar