Agresi Militer
I
Dampak
yang diperoleh bangsa Indonesia akibat adanya agresi militer I oleh pihak
Belanda yaitu perekeonomian, yang sempat dikuasainya beberapa daerah-daerah
perkebunan yang cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa
Timur. Meski PBB telah turut membantu mengatasi agresi militer yang dilakukan
Belanda terhadap Indonesia dengan diadakan penghentian tembak menembak, tidak
berarti bahwa tindakan militer Belanda langsung terhenti. Mereka terus-menerus
mengadakan gerakan pembersihan untuk mengamankan dareah-dareah yang telah
didudukinya. Dalam gerakan pembersihan ini sering pula terjadi tindakan kejam
oleh pasukan Belanda, terutama di dareah-daerah yang sudah mereka duduki namun
tidak dapat dikuasai, umpamanya dareah sekitar Krawang-Bekasi.
Kekejaman
Belanda lain yang dapat disebut adalah pembantaian rakyat Sulawesi Selatan pada
bulan Januari 1948 oleh pasukan Kapten Wasterling, yang juga tidak pernah
dihukum. Juga peristiwa kapten api maut di Jawa Timur, ketika prajurit-prajurit
Republik Indonesia yang tertawan oleh Belanda dimasukkan dalam gerbong kereta
api yang kemudian ditutup rapat tanpa ventilasi, sehingga semua tawanan mati
lemas karena kepanasan dan kehabisan udara.
Agresi Militer II
Dalam sebuah tindakan agresi militer, ada dua sudut
pandang yang akan menjadi telaah kajiannya. Pertama dari sudut pandang sang
agresor, yakni Belanda. Belanda pada dasarnya bertujuan untuk menduduki
Nusantara yang telah mengkayakan negerinya. Dari sudut pandang ini, dampak bagi
Belanda adalah mengeluarkan sebagian anggaran untuk melancarkan agresi ini.
Menentang dunia dalam hal perdamaian, hingga efek pengucilan untuk selanjutnya.
Kedua, dari sudut pandang Indonesia. Indonesia
mendapat dampak yang luar biasa besarnya. Dalam agresi militer Belanda II ini, Indonesia
dalam posisi terkekang, dari dalam dan luar negeri. Terjadi instabilisasi
politik, hukum, dan keamanaan. Setelah Soekarno dan lainnya ditangkap, terjadi
kekosongan kekuasaan di Republik Indonesia. Hingga mennganam kedaulatan NKRI
pada waktu itu. Status Negara menjadi darurat perang, mengakibatkan macetnya
roda perekonomian dan hubungan kerjasama antar Negara-negara lain. Hal demikian
yang menjadi fokus dunia untuk menyelesaikan pertikaian konflik yang berlatar
belakang wilyah dan kepentingan ini oleh dunia. Menurut George McTurnan Kahin,
dalam Nasionalisme dan Revolusi Indonesia, percaturan politik dan militer pada
Agresi Belanda II mendapat perhatian khusus dari Dewan Keamanan PBB, hingga
menyebabkan berbagai usulan dan pendapat dari negar-negara pmegang hak veto
untuk berunding dalam permasalahan Belanda-Indonesia. Alhasil Indonesia berada
pada kondisi yang tidak stabil dengan pertaruhan yang sangat mahal.
Adanya Agresi Militer kedua yang
dilakukan Belanda terhadap Indonesia juga mengakibatkan dihancurkannya beberapa
bangunan penting di Yogyakarta, bahkan Yogyakarta yang pada saat itu sebagai
ibu kota Indonesia juga mampu dikuasai oleh Belanda. Selain itu presiden dan wakil
presiden beserta sejumlah pejabat pemerintah Indonesia berhasil ditawan
kemudian diasingkan oleh pihak Belanda.
Demikian uraian yang dapat saya berikan. Terima Kasih!
3 komentar:
bagus gan, thanks infonya gan,... sangat membantu... teruskan...
:)
Posting Komentar