1.
Jelaskan mengenai partai PKI saat memerintah pada masa
demokrasi liberal! Dan sebutkan siapa saja yang mewakili partai PKI dalam
kabinet!
Pada 1950, PKI memulai kembali kegiatan
penerbitannya, dengan organ-organ utamanya yaitu Harian Rakjat dan Bintang
Merah. Pada 1950-an, PKI mengambil posisi sebagai partai nasionalis di bawah
pimpinan D.N. Aidit, dan mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti
Barat yang diambil oleh Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya, termasuk
pemimpin-pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai
pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu, tak satupun di antara mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun. Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan sangat
cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954
dan bahkan 1,5 juta pada 1959.
Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian pemogokan
militan, yang diikuti oleh tindakan-tindakan tegas terhadap PKI di Medan dan
Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali bergerak di bawah tanah untuk
sementara waktu.
Pada Pemilu 1955, PKI menempati tempat keempat dengan
16% dari keseluruhan suara. Partai ini memperoleh 39 kursi (dari 257 kursi yang
diperebutkan) dan 80 dari 514 kursi di Konstituante. Perlawanan terhadap
kontrol Belanda atas Papua bagian barat merupakan masalah yang seringkali
diangkat oleh PKI selama tahun 1950-an. Pada Juli 1957, kantor PKI di Jakarta
diserang dengan granat. Pada bulan yang sama PKI memperoleh banyak kemajuan
dalam pemilihan-pemilihan di kota-kota. Pada September 1957, Masjumi secara
terbuka menuntut supaya PKI dilarang.
Pada 3 Desember 1957, serikat-serikat buruh yang pada
umumnya berada di bawah pengaruh PKI, mulai menguasai perusahaan-perusahaan
milik Belanda. Penguasaan ini merintis nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan
yang dimiliki oleh asing. Perjuangan melawan para kapitalis asing memberikan
PKI kesempatan untuk menampilkan diri sebagai sebuah partai nasional.
Pada Februari 1958 terjadi sebuah upaya kudeta yang
dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pro Amerika Serikat di kalangan militer dan
politik sayap kanan. Para pemberontak, yang berbasis di Sumatera dan Sulawesi,
mengumumkan pada 15 Februari 1958 telah terbentuk Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI). Pemerintahan yang disebut revolusioner ini segera
menangkapi ribuan kader PKI di wilayah-wilayah yang berada di bawah kontrol
mereka. PKI mendukung upaya-upaya Soekarno untuk memadamkan pemberontakan ini,
termasuk pemberlakuan Undang-Undang Darurat. Pemberontakan ini pada akhirnya
berhasil dipadamkan.
Pada 1959, militer berusaha menghalangi
diselenggarakannya kongres PKI. Namun demikian, kongres ini berlangsung sesuai
dengan jadwal dan Presiden Soekarno sendiri menyampaikan sambutannya. Pada
1960, Soekarno melancarkan slogan Nasakom yang merupakan singkatan dari
Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Dengan demikian peranan PKI sebagai mitra
dalam politik Soekarno dilembagakan. PKI membalasnya dengan menanggapi konsep
Nasakom secara positif, dan melihatnya sebagai sebuah front bersatu yang
multi-kelas.
Meskipun PKI mendukung Soekarno, ia tidak kehilangan
otonomi politiknya. Pada Maret 1960, PKI mengecam penanganan anggaran yang
tidak demokratis oleh Soekarno. Pada 8 Juli 1960, Harian Rakjat memuat sebuah
artikel yang kritis terhadap pemerintah. Para pemimpin PKI ditangkap oleh
militer, namun kemudian dibebaskan kembali atas perintah Soekarno.
Pada Maret 1962, PKI bergabung dengan pemerintah.
Para pemimpin PKI, Aidit dan Njoto, diangkat menjadi menteri penasihat. Pada
bulan April 1962, PKI menyelenggarakan kongres partainya. Pada 1963, pemerintah
Malaysia, Indonesia dan Filipina terlibat dalam pembahasan tentang pertikaian
wilayah dan kemungkinan tentang pembentukan sebuah Konfederasi Maphilindo,
sebuah gagasan yang dikemukakan oleh presiden Filipina, Diosdado Macapagal. PKI
menolak gagasan pembentukan Maphilindo dan federasi Malaysia. Para anggota PKI
yang militan menyeberang masuk ke Malaysia dan terlibat dalam
pertempuran-pertempuran dengan pasukan-pasukan Inggris dan Australia. Sebagian
kelompok berhasil mencapai Malaysia lalu bergabung dalam perjuangan di sana.
Namun demikian kebanyakan dari mereka ditangkap begitu tiba. Kebanyakan dari
satuan-satuan tempur PKI aktif di wilayah perbatasan di Kalimantan.
2. sumber: http://www.kompasiana.com/fityanbenzlenin/sejarah-pki-partai-komunis-indonesia_55108a1a8133115b3bbc6496
0 komentar:
Posting Komentar