KESULTANAN
BANTEN
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya
ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak
menaklukkan penguasa lokal di Banten, dan mendirikan Kesultanan Banten yang
berafiliasi ke Demak.
Anak
dari Sunan Gunung Jati ( Hasanudin ) menikah dengan seorang putri dari Sultan
Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Anak yang pertama bernama Maulana
Yusuf. Sedangkan anak kedua menikah dengan anak dari Ratu Kali Nyamat dan
menjadi Penguasa Jepara.
Terjadi
perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570). Pangeran Jepara merasa
berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana
Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara
menyerang Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena
dibantu oleh para ulama.
Kerajaan
Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah
atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan
Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju
pesat.
1.
Letak
Kerajaan
Secara geografis, Kerajaan Banten terletak di
propinsi Banten.Wilayah kekuasaan Banten meliputi bagian barat Pulau Jawa,
seluruh wilayah Lampung, dan sebagian wilayah selatan Jawa Barat. Situs
peninggalan Kerajaan Banten tersebar di beberapa kota seperti Tangerang,
Serang, Cilegon, dan Pandeglang. Pada mulanya, wilayah Kesultanan Banten
termasuk dalam kekuasaan Kerajaan Sunda.
Kerajaan
Banten menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang melalui Selat
Sunda.Dengan posisi yang strategis ini Kerajaan Banten berkembang menjadi
kerajaan besar di Pulau Jawa dan bahkan menjadi saingan berat bagi VOC di Batavia.VOC merupakan perserikatan dagang yang
dibuat oleh kolonial Belanda di wilayah kepulauan Nusantara.
2.
Sejarah
Pada masa PangeranRatu anak dari MaulanaMuhammad, ia menjadi raja pertama di PulauJawa yang mengambil gelar “Sultan” pada tahun 1638 dengan nama ArabAbu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten telah mulai secara
intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu
itu, salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada RajaInggris, JamesItahun 1605 dan tahun 1629 kepada Charles.
Daftar pemimpin Kesultanan Banten
§
Sunan Grunung Jati
§
Sultan Maulana Hasanudin 1552 - 1570
§
Maulana Yusuf 1570 - 1580
§
Maulana Muhammad 1585 - 1590
§
Sultan Abdul Mufahir Mahmud Abdul Kadir 1605 - 1640
§
Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1640 - 1650
§
Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1680
§
Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji) 1683 - 1687
§
Sultan Yahya 1687 - 1690
§
Sultan Zainul Abidin 1690 - 1733
§
Sultan Arifin 1733–1748
§
Halimin
§
Abul Nazar Mohammad Arif Zainul Asikin 1753–1777
Sunan Gunung Jati
Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, lahir sekitar 1450 M namun ada
juga yang mengatakan bahwa ia lahir pada sekitar 1448 M. Sunan Gunung Jati
adalah salah satu dari kelompok ulama besar di Jawa bernama walisongo.
Sunan
Gunung Jati bernama Syarif Hidayatullah, lahir sekitar 1450. Ayah beliau adalah
Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar. Jamaluddin Akbar
adalah seorang Muballigh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat
dikenal sebagai Syekh Mawlana Akbar bagi kaum Sufi di tanah air. Syekh
Mawlana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik
putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar di Hadramawt,
Yaman yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucu beliau Imam
Husayn.
Ibunda
Syarif Hidayatullah adalah Nyai Rara Santang putri Prabu Siliwangi (dari
Nyai Subang Larang) adik Kiyan Santang bergelar Pangeran Cakrabuwana yang
berguru kepada Syekh Datuk Kahfi, seorang Muballigh asal Baghdad bernama asli Idhafi
Mahdi.
Makam
Nyai Rara Santang bisa ditemui di dalam komplek KLENTENG di Pasar Bogor, di
sebelah Kebun Raya Bogor.
Pertemuan
Rara Santang dengan Syarif Abdullah cucu Syekh Mawlana Akbar masih
diperselisihkan. Sebagian riwayat (lebih tepatnya mitos) menyebutkan bertemu
pertama kali di Mesir, tapi analisis yang lebih kuat atas dasar perkembangan
Islam di pesisir ketika itu, pertemuan mereka di tempat-tempat pengajian
seperti yang di Majelis Syekh Quro, Karawang (tempat belajar Nyai Subang
Larang ibunda dari Rara Santang) atau di Majelis Syekh Kahfi, Cirebon
(tempat belajar Kiyan Santang kakanda dari Rara Santang).
Syarif
Abdullah cucu Syekh Mawlana Akbar, sangat mungkin terlibat aktif membantu
pengajian di majelis-majelis itu mengingat ayahanda dan kakek beliau datang ke
Nusantara sengaja untuk menyokong perkembangan agama Islam yang telah dirintis
oleh para pendahulu.
Pernikahan
Rara Santang putri Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang dengan Abdullah cucu
Syekh Mawlana Akbar melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden Syarif
Hidayatullah.
Raden
Syarif Hidayatullah mewarisi kecendrungan spiritual dari kakek buyutnya Syekh
Mawlana Akbar sehingga ketika telah selesai belajar agama di pesantren Syekh
Kahfi beliau meneruskan ke Timur Tengah. Tempat mana saja yang dikunjungi masih
diperselisihkan, kecuali (mungkin) Mekah dan Madinah karena ke 2 tempat itu
wajib dikunjungi sebagai bagian dari ibadah haji buat seluruh umat Islam.
Babad
Cirebon menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuawana membangun kota Cirebon dan
tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Raden Syarif Hidayat
mengambil peranan mambangun kota Cirebon dan menjadi pemimpin perkampungan
Muslim yang baru dibentuk itu setalah Uwaknya wafat.
Memasuki
usia dewasa sekitar diantara tahun 1470-1480, beliau menikahi adik dari Bupati
Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini beliau
mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Mawlana Hasanuddin yang
kelak menjadi Sultan Banten I.
Masa
ini kurang banyak diteliti para sejarawan hingga tiba masa pendirian Kesultanan
Demak tahun 1487 yang mana beliau memberikan andil karena sebagai anggota dari
Dewan Muballigh yang sekarang kita kenal dengan nama Walisongo. Pada masa ini
beliau berusia sekitar 37 tahun kurang lebih sama dengan usia Raden Patah yang
baru diangkat menjadi Sultan Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah. Bila Syarif
Hidayat keturunan Syekh Mawlana Akbar Gujarat dari pihak ayah, maka Raden Patah
adalah keturunan beliau juga tapi dari pihak ibu yang lahir di Campa.
Dengan
diangkatnya Raden Patah sebagai Sultan di Pulau Jawa bukan hanya di Demak, maka
Cirebon menjadi semacam Negara Bagian bawahan vassal state dari kesultanan
Demak, terbukti dengan tidak adanya riwayat tentang pelantikan Syarif
Hidayatullah secara resmi sebagai Sultan Cirebon.
Hal
ini sesuai dengan strategi yang telah digariskan Sunan Ampel, Ulama yang paling
di-tua-kan di Dewan Muballigh, bahwa agama Islam akan disebarkan di Pulau Jawa
dengan Kesultanan Demak sebagai pelopornya.
Setelah
pendirian Kesultanan Demak antara tahun 1490 hingga 1518 adalah masa-masa
paling sulit, baik bagi Syarif Hidayat dan Raden Patah karena proses Islamisasi
secara damai mengalami gangguan internal dari kerajaan Pakuan dan Galuh (di
Jawa Barat) dan Majapahit (di Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan gangguan external
dari Portugis yang telah mulai expansi di Asia Tenggara.
Raja
Pakuan di awal abad 16, seiring masuknya Portugis di Pasai dan Malaka, merasa
mendapat sekutu untuk mengurangi pengaruh Syarif Hidayat yang telah berkembang
di Cirebon dan Banten. Hanya Sunda Kelapa yang masih dalam kekuasaan Pakuan.
Di
saat yang genting inilah Syarif Hidayat berperan dalam membimbing Pati Unus
dalam pembentukan armada gabungan Kesultanan Banten, Demak, Cirebon di Pulau
Jawa dengan misi utama mengusir Portugis dari wilayah Asia Tenggara. Terlebih
dulu Syarif Hidayat menikahkan putrinya untuk menjadi istri Pati Unus yang ke 2
di tahun 1511.
Kegagalan
expedisi jihad II Pati Unus yang sangat fatal di tahun 1521 memaksa Syarif
Hidayat merombak Pimpinan Armada Gabungan yang masih tersisa dan mengangkat Tubagus
Pasai (belakangan dikenal dengan nama Fatahillah),untuk menggantikan Pati
Unus yang syahid di Malaka, sebagai Panglima berikutnya dan menyusun strategi
baru untuk memancing Portugis bertempur di Pulau Jawa. Sangat kebetulan karena
Raja Pakuan telah resmi mengundang Armada Portugis datang ke Sunda Kelapa
sebagai dukungan bagi kerajaan Pakuan yang sangat lemah di laut yang telah
dijepit oleh Kesultanan Banten di Barat dan Kesultanan Cirebon di Timur.
Kedatangan
armada Portugis sangat diharapkan dapat menjaga Sunda Kelapa dari kejatuhan
berikutnya karena praktis Kerajaan Hindu Pakuan tidak memiliki lagi kota
pelabuhan di Pulau Jawa setelah Banten dan Cirebon menjadi kerajaan-kerajaan
Islam.
Tahun
15r27 bulan Juni Armada Portugis datang dihantam
serangan dahsyat dari Pasukan Islam yang telah bertahun-tahun ingin membalas
dendam atas kegagalan expedisi Jihad di Malaka 1521. Dengan ini jatuhlah Sunda Kelapa secara resmi
ke dalam Kesultanan Banten-Cirebon dan di rubah nama menjadi Jayakarta dan
Tubagus Pasai mendapat gelar Fatahillah. Perebutan pengaruh antara Pakuan-Galuh dengan
Cirebon-Banten segera bergeser kembali ke darat. Tetapi Pakuan dan Galuh yang
telah kehilangan banyak wilayah menjadi sulit menjaga keteguhan moral para
pembesarnya. Satu persatu dari para Pangeran, Putri Pakuan di banyak wilayah
jatuh ke dalam pelukan agama Islam. Begitu pula sebagian Panglima Perangnya.
Satu
hal yang sangat unik dari personaliti Syarif Hidayat adalah dalam riwayat
jatuhnya ibukota Pakuan 1568 hanya setahun sebelum beliau wafat dalam usia yang
sangat sepuh hampir 120 tahun (1569). Diriwayatkan dalam perundingan terakhir
dengan para Pembesar istana Pakuan, Syarif Hidayat memberikan 2 opsi.
Yang
pertama Pembesar Istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan
dan martabatnya seperti gelar Pangeran, Putri atau Panglima dan dipersilakan
tetap tinggal di keraton masing-masing. Yang ke dua adalah bagi yang tidak
bersedia masuk Islam maka harus keluar dari keraton masing-masing dan keluar
dari ibukota Pakuan untuk diberikan tempat di pedalaman Banten wilayah Cibeo sekarang.
Dalam
perundingan terakhir yang sangat menentukan dari riwayat Pakuan ini, sebagian
besar para Pangeran dan Putri-Putri Raja menerima opsi ke 1. Sedang Pasukan
Kawal Istana dan Panglimanya (sebanyak 40 orang) yang merupakan Korps Elite
dari Angkatan Darat Pakuan memilih opsi ke 2. Mereka inilah cikal bakal Penduduk
Baduy Dalam sekarang yang terus menjaga anggota pemukiman hanya sebanyak 40
keluarga karena keturunan dari 40 pengawal istana Pakuan. Anggota yang tidak
terpilih harus pindah ke pemukiman Baduy Luar. Yang menjadi perdebatan para ahli hingga kini
adalah opsi ke 3 yang diminta Para Pendeta Sunda Wiwitan. Mereka menolak opsi
pertama dan ke 2. Dengan kata lain mereka ingin tetap memeluk agama Sunda
Wiwitan (aliran Hindu di wilayah Pakuan) tetapi tetap bermukim di dalam wilayah
Istana Pakuan.
Sejarah
membuktikan hingga penyelidikan yang dilakukan para Arkeolog asing ketika masa
penjajahan Belanda, bahwa istana Pakuan dinyatakan hilang karena tidak
ditemukan sisa-sisa reruntuhannya. Sebagian riwayat yang diyakini kaum Sufi
menyatakan dengan kemampuan yang diberikan Allah karena doa seorang Ulama yang
sudah sangat sepuh sangat mudah dikabulkan, Syarif Hidayat telah memindahkan
istana Pakuan ke alam ghaib sehubungan dengan kerasnya penolakan Para Pendeta
Sunda Wiwitan untuk tidak menerima Islam ataupun sekadar keluar dari wilayah
Istana Pakuan.
Terlepas
dari benar-tidaknya pendapat kaum sufi di tanah air, sejarah telah membuktikan
karakter yang sangat istimewa dari Syarif Hidayatullah baik dalam kapasitas
sebagai Ulama, Ahli Strategi Perang, Diplomat ulung dan Negarawan yang bijak.
Bagi
para sejarawan beliau adalah peletak konsep Negara Islam modern ketika itu
dengan bukti berkembangnya Kesultanan Banten sebagi negara maju dan makmur
mencapai puncaknya 1650 hingga 1680 yang runtuh hanya karena pengkhianatan
seorang anggota istana yang dikenal dengan nama Sultan Haji.
Dengan
segala jasanya umat Islam di Jawa Barat memanggil beliau dengan nama lengkap
Syekh Mawlana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahimahullah.
Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan
Ageng Tirtayasa (Banten, 1631 – 1692) adalah putra Sultan Abu al-Ma'ali
Ahmad yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia
bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan
Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati.
Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan
Abdul Fathi Abdul Fattah.
Nama
Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun
Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang). Ia dimakamkan di Mesjid Banten.
Riwayat
Perjuangan
Sultan
Ageng Tirtayasa berkuasa di
Kesultanan Banten pada periode 1651 - 1682. Ia memimpin banyak perlawanan
terhadap Belanda. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang
merugikan Kesultanan Banten. Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan
menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.
Saat
itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam
terbesar. Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan kesejahteraan
rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi. Di bidang
keagamaan, ia mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan
penasehat sultan.
Ketika
terjadi sengketa antara kedua putranya, Sultan Haji dan Pangeran Purbaya,
Belanda ikut campur dengan bersekutu dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan
Sultan Ageng Tirtayasa. Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji di
Sorosowan (Banten), Belanda membantu Sultan Haji dengan mengirim pasukan yang
dipimpin oleh Kapten Tack dan de Saint Martin.
SILSILAH SULTAN BANTEN
SYARIF HIDAYATULLAH - SUNAN GUNUNG JATI
Berputera :
1. Ratu Ayu Pembayun.
4. Maulana Hasanuddin
2. Pangeran Pasarean
5. Pangeran Bratakelana
3. Pangeran Jaya Lelana
6. Ratu Wianon
7. Pangeran Turusmi
PANGERAN HASANUDDIN - PANEMBAHAN SUROSOWAN
(1552-1570) Berputera :
1. Ratu Pembayu
8. Ratu Keben
2. Pangeran Yusuf
9. Ratu Terpenter
3. Pangeran Arya Japara
10. Ratu Biru
4. Pangeran Suniararas
11. Ratu Ayu Arsanengah
5. Pangeran Pajajara
12. Pangeran Pajajaran Wado
6. Pangeran Pringgalaya
13. Tumenggung Wilatikta
7. Pangeran Sabrang LorPangeran
14. Ratu Ayu Kamudarage
15. Pangeran Sabrang Wetan
MAULANA YUSUF PANEMBAHAN PAKALANGAN GEDE
(1570-1580) Berputra :
1. Pangeran Arya Upapati
8. Ratu Rangga
2. Pangeran Arya Adikara
9. Ratu Ayu Wiyos
3. Pangeran Arya Mandalika
10. Ratu Manis
4. Pangeran Arya Ranamanggala
11. Pangeran Manduraraja
5. Pangeran Arya Seminingrat
12. Pangeran widara
6. Ratu Demang
13. Ratu Belimbing
7. Ratu Pecatanda
14. Maulana Muhammad
MAULANA MUHAMMAD PANGERAN RATU ING BANTEN
(1580-1596) Berputra :
1. Pangeran Abdul Kadir
SULTAN ABUL MAFAKHIR MAHMUD 'ABDUL KADIR
KENARI (15961651) Berputra:
1.
Sultan 'Abdul Maali Ahmad Kenari (Putra Mahkota)
19. Pangeran Arya Wirasuta
2. Ratu Dewi
20. Ratu Gading20.
3. Ratu Ayu
21. Ratu Pandan
4. Pangeran Arya Banten
22. Pangeran Wirasmara
5. Ratu Mirah
23. Ratu Sandi
6. Pangeran Sudamanggala
24. Pangeran Arya Jayaningrat
7. Pangeran Ranamanggala
25. Ratu Citra
8. Ratu Belimbing
26. Pangeran Arya Adiwangsa
9. Ratu Gedong
27. Pangeran Arya Sutakusuma
10. Pangeran Arya Maduraja
28. Pangeran Arya Jayasantika
11. Pangeran Kidul
29. Ratu Hafsah
12. Ratu Dalem
30. Ratu Pojok
13. Ratu Lor
31. Ratu Pacar
14. Pangeran Seminingrat
32. Ratu Bangsal
15. Ratu Kidul
33. Ratu Salamah
16. Pangeran Arya Wiratmaka
34. Ratu Ratmala
17. Pangeran Arya Danuwangsa
35. Ratu Hasanah
18. Pangeran Arya Prabangsa
36. Ratu Husaerah
37. Ratu Kelumpuk
38. Ratu Jiput
39. Ratu Wuragil
PUTRA MAHKOTA SULTAN 'ABDUL MA'ALI AHMAD,
Berputera:
1. Abul Fath Abdul Fattah
8. Pangeran Arya Kidul
2. Ratu Panenggak
9. Ratu Tinumpuk
3. Ratu Nengah
10. Ratu Inten
4. Pangeran Arya Elor
11. Pangeran Arya Dipanegara
5. Ratu Wijil
12. Pangeran Arya Ardikusuma
6. Ratu Puspita
13. Pangeran Arya Kulon
7. Pangeran Arya Ewaraja
14. Pangeran Arya Wetan
15. Ratu Ayu Ingalengkadipura
SULTAN AGENG TIRTAYASA -'ABUL FATH 'ABDUL
FATTAH (1651-1672) Berputra :
1. Sultan Haji
16. Tubagus Muhammad 'Athif
2. Pangeran Arya 'abdul 'Alim
17. Tubagus Abdul
3. Pangeran Arya Ingayudadipura
18. Ratu Raja Mirah
4. Pangeran Arya Purbaya
19. Ratu Ayu
5. Pangeran Sugiri
20. Ratu Kidul
6. Tubagus Rajasuta
21. Ratu Marta
7. Tubagus Rajaputra
22. Ratu Adi
8. Tubagus Husaen
23. Ratu Ummu
9. Raden Mandaraka
24. Ratu Hadijah
10. Raden Saleh
25. Ratu Habibah
11. Raden Rum
26. Ratu Fatimah
12. Raden Mesir
27. Ratu Asyiqoh
13. Raden Muhammad
28. Ratu Nasibah
14. Raden Muhsin
29. Tubagus Kulon
15. Tubagus Wetan
SULTAN ABU NASR ABDUL KAHHAR - SULTAN HAJI
(1672-1687) Berputra :
1. Sultan Abdul Fadhl
6. Ratu Muhammad Alim
2. Sultan Abul Mahasin
7. Ratu Rohimah
3. Pangeran Muhammad Thahir
8. Ratu Hamimah
4. Pangeran Fadhludin
9. Pangeran Ksatrian
5. Pangeran Ja'farrudin
10. Ratu Mumbay (Ratu Bombay)
SULTAN ABUDUL FADHL (1687-1690) Berputra :
- Tidak Memiliki Putera
SULTAN ABUL MAHASIN ZAINUL ABIDIN(1690-1733
) Berputra :
1. Sultan Muhammad Syifa
31. Raden Putera
2. Sultan Muhammad Wasi'
32. Ratu Halimah
3. Pangeran Yusuf
33. Tubagus Sahib
4. Pangeran Muhammad Shaleh
34. Ratu Sa'idah
5. Ratu Samiyah
35. Ratu Satijah
6. Ratu Komariyah
36. Ratu 'Adawiyah
7. Pangeran Tumenggung
37. Tubagus Syarifuddin
8. Pangeran Ardikusuma
38. Ratu 'Afiyah Ratnaningrat
9. Pangeran Anom Mohammad Nuh
39. Tubagus Jamil
10. Ratu Fatimah Putra
40. Tubagus Sa'jan
11. Ratu Badriyah
41. Tubagus Haji
12. Pangeran Manduranagara
42. Ratu Thoyibah
13. Pangeran Jaya Sentika
43. Ratu Khairiyah Kumudaningrat
14. Ratu Jabariyah
44. Pangeran Rajaningrat
15. Pangeran Abu Hassan
45. Tubagus Jahidi
16. Pangeran Dipati Banten
46. Tubagus Abdul Aziz
17. Pangeran Ariya
47. Pangeran Rajasantika
18. Raden Nasut
48. Tubagus Kalamudin
19. Raden Maksaruddin
49.
Ratu SIti Sa'ban Kusumaningrat
20. Pangeran Dipakusuma
50. Tubagus Abunasir
21. Ratu Afifah
51. Raden Darmakusuma
22. Ratu Siti Adirah
52. Raden Hamid
23. Ratu Safiqoh
53. Ratu Sifah
24. Tubagus Wirakusuma
54. Ratu Minah
25. Tubagus Abdurrahman
55. Ratu 'Azizah
26. Tubagus Mahaim
56. Ratu Sehah
27. Raden Rauf
57. Ratu Suba/Ruba
28. Tubagus Abdul Jalal
58.
Tubagus Muhammad Said (Pg. Natabaya)
29. Ratu Hayati
30. Ratu Muhibbah
SULTAN MUHAMMAD SYIFA' ZAINUL ARIFIN (1733
- 1750) Berputra :
1.Sultan Muhammad 'Arif
7. Ratu Sa'diyah
2. Ratu Ayu
8. Ratu Halimah
3. Tubagus Hasannudin
9. Tubagus Abu Khaer
4. Raden Raja Pangeran Rajasantika
10. Ratu Hayati
5. Pangeran Muhammad Rajasantika
11. Tubagus Muhammad Shaleh
6. Ratu 'Afiyah
SULTAN SYARIFUDDIN ARTU WAKIL (1750 - 1752
)
- Tidak Berputera
SULTAN MUHAMMAD WASI' ZAINUL 'ALIMIN
(1752-1753)
- Tidak Berputera
SULTAN MUHAMMAD 'ARIF ZAINUL ASYIKIN
(1753-1773) Berputra :
1. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliyudin
4. Pangeran Suralaya
2. Sultan Muhyiddin Zainusholiohin
5. Pangeran Suramanggala
3 . Pangeran Manggala
SULTAN ABUL MAFAKHIR MUHAMMAD ALIYUDDIN
(1773-1799) Berputra :
1. Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin
5. Pangeran Musa
2. Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II)
6. Pangeran Yali
3. Pangeran Darma
7. Pangeran Ahmad
4. Pangeran Muhammad Abbas
SULTAN MUHYIDDIN ZAINUSHOLIHIN (1799-1801)
Berputra :
1. Sultan Muhammad Shafiuddin
Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin
(1801-1802)
Sultan Wakil Pangeran Natawijaya
(1802-1803)
Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II)
(1803-1808)
Sultan Wakil Pangeran Suramanggala
(1808-1809)
Sultan Muhammad Syafiuddin (1809-1813)
Sultan Muhammad Rafiuddin (1813-1820)
SYARIF HIDAYATULLAH - SUNAN GUNUNG JATI
Berputera :
|
||
1. Ratu Ayu Pembayun.
|
4. Maulana Hasanuddin
|
|
2. Pangeran Pasarean
|
5. Pangeran Bratakelana
|
|
3. Pangeran Jaya Lelana
|
6. Ratu Wianon
|
|
7. Pangeran Turusmi
|
||
PANGERAN HASANUDDIN - PANEMBAHAN SUROSOWAN
(1552-1570) Berputera :
|
||
1. Ratu Pembayu
|
8. Ratu Keben
|
|
2. Pangeran Yusuf
|
9. Ratu Terpenter
|
|
3. Pangeran Arya Japara
|
10. Ratu Biru
|
|
4. Pangeran Suniararas
|
11. Ratu Ayu Arsanengah
|
|
5. Pangeran Pajajara
|
12. Pangeran Pajajaran Wado
|
|
6. Pangeran Pringgalaya
|
13. Tumenggung Wilatikta
|
|
7. Pangeran Sabrang LorPangeran
|
14. Ratu Ayu Kamudarage
|
|
15. Pangeran Sabrang Wetan
|
||
MAULANA YUSUF PANEMBAHAN PAKALANGAN GEDE
(1570-1580) Berputra :
|
||
1. Pangeran Arya Upapati
|
8. Ratu Rangga
|
|
2. Pangeran Arya Adikara
|
9. Ratu Ayu Wiyos
|
|
3. Pangeran Arya Mandalika
|
10. Ratu Manis
|
|
4. Pangeran Arya Ranamanggala
|
11. Pangeran Manduraraja
|
|
5. Pangeran Arya Seminingrat
|
12. Pangeran widara
|
|
6. Ratu Demang
|
13. Ratu Belimbing
|
|
7. Ratu Pecatanda
|
14. Maulana Muhammad
|
|
MAULANA MUHAMMAD PANGERAN RATU ING BANTEN
(1580-1596) Berputra :
|
||
1. Pangeran Abdul Kadir
|
||
SULTAN ABUL MAFAKHIR MAHMUD 'ABDUL KADIR
KENARI (15961651) Berputra:
|
||
1.
Sultan 'Abdul Maali Ahmad Kenari (Putra Mahkota)
|
19. Pangeran Arya Wirasuta
|
|
2. Ratu Dewi
|
20. Ratu Gading20.
|
|
3. Ratu Ayu
|
21. Ratu Pandan
|
|
4. Pangeran Arya Banten
|
22. Pangeran Wirasmara
|
|
5. Ratu Mirah
|
23. Ratu Sandi
|
|
6. Pangeran Sudamanggala
|
24. Pangeran Arya Jayaningrat
|
|
7. Pangeran Ranamanggala
|
25. Ratu Citra
|
|
8. Ratu Belimbing
|
26. Pangeran Arya Adiwangsa
|
|
9. Ratu Gedong
|
27. Pangeran Arya Sutakusuma
|
|
10. Pangeran Arya Maduraja
|
28. Pangeran Arya Jayasantika
|
|
11. Pangeran Kidul
|
29. Ratu Hafsah
|
|
12. Ratu Dalem
|
30. Ratu Pojok
|
|
13. Ratu Lor
|
31. Ratu Pacar
|
|
14. Pangeran Seminingrat
|
32. Ratu Bangsal
|
|
15. Ratu Kidul
|
33. Ratu Salamah
|
|
16. Pangeran Arya Wiratmaka
|
34. Ratu Ratmala
|
|
17. Pangeran Arya Danuwangsa
|
35. Ratu Hasanah
|
|
18. Pangeran Arya Prabangsa
|
36. Ratu Husaerah
|
|
37. Ratu Kelumpuk
|
||
38. Ratu Jiput
|
||
39. Ratu Wuragil
|
||
PUTRA MAHKOTA SULTAN 'ABDUL MA'ALI AHMAD,
Berputera:
|
||
1. Abul Fath Abdul Fattah
|
8. Pangeran Arya Kidul
|
|
2. Ratu Panenggak
|
9. Ratu Tinumpuk
|
|
3. Ratu Nengah
|
10. Ratu Inten
|
|
4. Pangeran Arya Elor
|
11. Pangeran Arya Dipanegara
|
|
5. Ratu Wijil
|
12. Pangeran Arya Ardikusuma
|
|
6. Ratu Puspita
|
13. Pangeran Arya Kulon
|
|
7. Pangeran Arya Ewaraja
|
14. Pangeran Arya Wetan
|
|
15. Ratu Ayu Ingalengkadipura
|
||
SULTAN AGENG TIRTAYASA -'ABUL FATH 'ABDUL
FATTAH (1651-1672) Berputra :
|
||
1. Sultan Haji
|
16. Tubagus Muhammad 'Athif
|
|
2. Pangeran Arya 'abdul 'Alim
|
17. Tubagus Abdul
|
|
3. Pangeran Arya Ingayudadipura
|
18. Ratu Raja Mirah
|
|
4. Pangeran Arya Purbaya
|
19. Ratu Ayu
|
|
5. Pangeran Sugiri
|
20. Ratu Kidul
|
|
6. Tubagus Rajasuta
|
21. Ratu Marta
|
|
7. Tubagus Rajaputra
|
22. Ratu Adi
|
|
8. Tubagus Husaen
|
23. Ratu Ummu
|
|
9. Raden Mandaraka
|
24. Ratu Hadijah
|
|
10. Raden Saleh
|
25. Ratu Habibah
|
|
11. Raden Rum
|
26. Ratu Fatimah
|
|
12. Raden Mesir
|
27. Ratu Asyiqoh
|
|
13. Raden Muhammad
|
28. Ratu Nasibah
|
|
14. Raden Muhsin
|
29. Tubagus Kulon
|
|
15. Tubagus Wetan
|
||
SULTAN ABU NASR ABDUL KAHHAR - SULTAN HAJI
(1672-1687) Berputra :
|
||
1. Sultan Abdul Fadhl
|
6. Ratu Muhammad Alim
|
|
2. Sultan Abul Mahasin
|
7. Ratu Rohimah
|
|
3. Pangeran Muhammad Thahir
|
8. Ratu Hamimah
|
|
4. Pangeran Fadhludin
|
9. Pangeran Ksatrian
|
|
5. Pangeran Ja'farrudin
|
10. Ratu Mumbay (Ratu Bombay)
|
|
SULTAN ABUDUL FADHL (1687-1690) Berputra :
|
||
- Tidak Memiliki Putera
|
||
SULTAN ABUL MAHASIN ZAINUL ABIDIN(1690-1733
) Berputra :
|
||
1. Sultan Muhammad Syifa
|
31. Raden Putera
|
|
2. Sultan Muhammad Wasi'
|
32. Ratu Halimah
|
|
3. Pangeran Yusuf
|
33. Tubagus Sahib
|
|
4. Pangeran Muhammad Shaleh
|
34. Ratu Sa'idah
|
|
5. Ratu Samiyah
|
35. Ratu Satijah
|
|
6. Ratu Komariyah
|
36. Ratu 'Adawiyah
|
|
7. Pangeran Tumenggung
|
37. Tubagus Syarifuddin
|
|
8. Pangeran Ardikusuma
|
38. Ratu 'Afiyah Ratnaningrat
|
|
9. Pangeran Anom Mohammad Nuh
|
39. Tubagus Jamil
|
|
10. Ratu Fatimah Putra
|
40. Tubagus Sa'jan
|
|
11. Ratu Badriyah
|
41. Tubagus Haji
|
|
12. Pangeran Manduranagara
|
42. Ratu Thoyibah
|
|
13. Pangeran Jaya Sentika
|
43. Ratu Khairiyah Kumudaningrat
|
|
14. Ratu Jabariyah
|
44. Pangeran Rajaningrat
|
|
15. Pangeran Abu Hassan
|
45. Tubagus Jahidi
|
|
16. Pangeran Dipati Banten
|
46. Tubagus Abdul Aziz
|
|
17. Pangeran Ariya
|
47. Pangeran Rajasantika
|
|
18. Raden Nasut
|
48. Tubagus Kalamudin
|
|
19. Raden Maksaruddin
|
49.
Ratu SIti Sa'ban Kusumaningrat
|
|
20. Pangeran Dipakusuma
|
50. Tubagus Abunasir
|
|
21. Ratu Afifah
|
51. Raden Darmakusuma
|
|
22. Ratu Siti Adirah
|
52. Raden Hamid
|
|
23. Ratu Safiqoh
|
53. Ratu Sifah
|
|
24. Tubagus Wirakusuma
|
54. Ratu Minah
|
|
25. Tubagus Abdurrahman
|
55. Ratu 'Azizah
|
|
26. Tubagus Mahaim
|
56. Ratu Sehah
|
|
27. Raden Rauf
|
57. Ratu Suba/Ruba
|
|
28. Tubagus Abdul Jalal
|
58.
Tubagus Muhammad Said (Pg. Natabaya)
|
|
29. Ratu Hayati
|
||
30. Ratu Muhibbah
|
||
SULTAN MUHAMMAD SYIFA' ZAINUL ARIFIN (1733
- 1750) Berputra :
|
||
1.Sultan Muhammad 'Arif
|
7. Ratu Sa'diyah
|
|
2. Ratu Ayu
|
8. Ratu Halimah
|
|
3. Tubagus Hasannudin
|
9. Tubagus Abu Khaer
|
|
4. Raden Raja Pangeran Rajasantika
|
10. Ratu Hayati
|
|
5. Pangeran Muhammad Rajasantika
|
11. Tubagus Muhammad Shaleh
|
|
6. Ratu 'Afiyah
|
||
SULTAN SYARIFUDDIN ARTU WAKIL (1750 - 1752
)
|
||
- Tidak Berputera
|
||
SULTAN MUHAMMAD WASI' ZAINUL 'ALIMIN
(1752-1753)
|
||
- Tidak Berputera
|
||
SULTAN MUHAMMAD 'ARIF ZAINUL ASYIKIN
(1753-1773) Berputra :
|
||
1. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliyudin
|
4. Pangeran Suralaya
|
|
2. Sultan Muhyiddin Zainusholiohin
|
5. Pangeran Suramanggala
|
|
3 . Pangeran Manggala
|
||
SULTAN ABUL MAFAKHIR MUHAMMAD ALIYUDDIN
(1773-1799) Berputra :
|
||
1. Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin
|
5. Pangeran Musa
|
|
2. Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II)
|
6. Pangeran Yali
|
|
3. Pangeran Darma
|
7. Pangeran Ahmad
|
|
4. Pangeran Muhammad Abbas
|
||
SULTAN MUHYIDDIN ZAINUSHOLIHIN (1799-1801)
Berputra :
|
||
1. Sultan Muhammad Shafiuddin
|
||
Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin
(1801-1802)
|
||
Sultan Wakil Pangeran Natawijaya
(1802-1803)
|
||
Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II)
(1803-1808)
|
||
Sultan Wakil Pangeran Suramanggala
(1808-1809)
|
||
Sultan Muhammad Syafiuddin (1809-1813)
|
||
Sultan Muhammad Rafiuddin (1813-1820)
|
||
1 komentar:
saya cowok cupu dan letoy nasib saya mengenaskan.. . saya umur 42 thn msh nganggur dan jomblo. dulu thn 2003 saat msh kerja di majalaya bdg saya sering dimutasi, diremehkan teman dan atasan krna otak dan tenaga saya payah, uang sering dipinjam teman teman tp bnyk yg tdk mau bayar, shg saya tdk betah dan mengundurkan diri, nyari kerja lg baru sebentar dipecat krna tdk becus kerja, nyari kerja lg sulit. di kampung saya di prwkerto buka usaha kecil kecilan bangkrut, jualan barang secara online tdk laku laku.. dulu saya di bdg kalau nyari jodoh sering ditolak cewe, diremehkan cewe, dibohongi teman, dimanfaatkan teman, diancam org, dipukul orang dll.. di kampung saya nyari jodoh tambah sulit krna sepi dan cewe yg jarang ada yg cantik, kalau ada yg agak cantik saingannya bnyk.. akibatnya saya selama 15 thn tiap hari marah marah, berkata kotor, susah tidur, kdng banting barang barang, sering berdoa yg buruk buruk dll. apa saya kena gangguan ghaib? dulu kakek dan uwa saya paranormal sakti.. saya sdh 12thn agak rajin ibadah tp nasib tdk berubah.. dulu thn 2003 saat merantau ke bdg saya melamar cewe nama nya nurjanah (ciparay), tp lamaran saya ditolak, saya sampai skrng blm mampu melupakan dia. yg bikin saya cinta mati dg nur krna dia cantik, pendiam, lugu, rajin sholat, tdk matre, jarang keluyuran, dia juga jadi tulang punggung keluarga krna ortu nya petani miskin. saya mengira nur jodoh saya, krna saya kalau ada di dkt dia hidup saya semangat, hati saya damai, tp ternyata dia cewe yg paling sulit saya dapatkan. saya ngejar dia 2 thn (2001-2003) tp saya ditolak habis habisan pdhl dia sdh putus dg pacarnya. saya bilang kpd dia saya tdk akan nikah atau akan bunuhdiri jika dia menolak saya terus, tp dia tetap menolak saya. nur mentang2 cantik shg sombong dan jual mahal. saya pernah diusir sama dia saat saya main ke rumahnya, mungkin dia sdh dipelet cowok lain shg kelakuan nya spt kemasukan jin.. dia memuja mantan cowoknya dan dia meremehkan saya. saya nyari cewe yg lain gagal lg. saya ditolak lagi, dibohongi teman, dimanfaatkan teman dll saat nyari cewe. saya sdh pernah ditolak cewe 7x. bukan krna saya kurang ganteng tp krna saya cupu dan loyo. cewe suka cowo yg jantan atau yg mapan. thn 2005 saat nur sdh nikah dg mantan pacar nya saya sering kirim surat berisi kata kata kasar dan ancaman kpda dia shg dia keguguran 3x krna sakit hati, kemudian thn 2009 dia cerai dg suaminya dan nur mencari cari saya supaya saya melamar dia, tp saya tdk berani datang krna saya yg merusak rumah tangga dia. selain itu saya sdh di kampung tdk merantau ke bdg lagi. tp saya sdh minta maaf kpd nur lewat surat. krna dulu saya lg stres berat krna saya merantau ke bdg sering dijahati org dan sering ditolak cewe. kemudian saya pulang kampung saya nganggur dan jomblo berthn thn. kalau nur bukan jodoh saya, kenapa saya seumur hidup cuma mencintai dia seorg. kpda cewe lain saya tdk pernah bsa mantap.. saya selalu ragu, minder dll.. saya yg berjuang dan berkorban mati matian utk mendapatkan nur, saya tdk dpt apa apa, tp cowok lain yg nyantai malah bsa nikah dg dia. mungkin krna saya cucu paranormal sakti shg nasib saya sial terus. meski saya terus meningkatkan ibadah tp nasib tdk pernah berubah. saya sejak kecil sering dibully teman. ada yg bilang saya bodoh dan lemah, manusia aneh, tdk punya masa depan, tdk berguna dll..saya kalau dihina, ditipu, dipukul, difitnah dll saya msh agak tegar tp saya kalau ditolak cewe, terutama cewe yg sangat saya cintai saya langsung terpuruk.. saya skrng males nyari cewe dan nyari kerja krna trauma. selain itu hati saya dipenuhi kemarahan, kebencian dan dendam.. solusinya bgmana? wassalam..
Posting Komentar